Cari Blog Ini

04 Maret, 2010

PENGGEMBALA YANG SUKA BERBOHONG

Diceritakan kembali oleh Haris

Pada suatu hari ada seorang raja yang mempunyai banyak ternak, seperti sapi, kerbau, kambing, bebek, ayam, dan lain-lain. Ia sangat bosan dengan pekerjaannya dan ia membuat pengumuman siapa yang mau menggembala ternakku akan diberikan gaji yang sangat besar.

Pengumuman itu tersebar ke seluruh negeri. Akhirnya ada juga yang mau menjadi penggembala ternaknya. Seorang anak muda datang ke kerajaan dan diterima oleh raja.

Ia bangun pagi-pagi sekali dan mulai mengeluarkan ternak milik raja ke padang rumput. Hingga tengah hari, ia sangat bosan dengan pekerjaannya, lalu ia mulai berteriak “Tolong…. Tolong….disini ada serigala…!”

Warga datang semua, ternyata tidak ada apa-apa. Penggembala hanya tertawa-tawa minta maaf. Akhirnya warga kembali bekerja.

Tidak lama kemudian, ia berteriak kembali, “Tolong…tolong… disini ada singa….!”

Warga datang lagi tetapi tidak ada apa-apa. Ia minta maaf kembali dan warga menjadi kesal dan tidak percaya lagi padanya.

Setelah capek membohongi warga, sang penggembala itu tidur. Dalam tidurnya, ia mendengar suara singa. Begitu matanya terbuka, ia terkejut melihat sekumpulan singa sedang asyik makan hewan ternak milik raja. Ia segera berteriak-teriak minta tolong.
Tidak ada warga yang datang. Akhirnya ia berlari ke kerajaan. Dengan terengah-engah, ia melapor pada raja bahwa hewan ternaknya sudah habis dimakan gerombolan singa.

Raja berteriak marah, “Mengapa kamu lari ke kerajaan? Mengapa tidak minta tolong warga saja?”

“Begini raja, tadi saya berbohong pada warga, maka warga sudah tidak percaya lagi pada saya. Tidak ada satu pun warga yang mau datang” aku sang penggembala.

“Karena kamu sudah bersalah, kamu saya pecat!”

“Saya tidak mau dipecat, raja!”

“Ya, sudah… kalau begitu, kamu, saya minta menggembala kuda!”

“Tidak mau, raja…. Karena kuda itu bau”.

“Sekarang kamu mau memilih yang mana; dipecat atau menggembala kuda!”

“Baik, raja! Saya akan menggembala kuda”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar