Cari Blog Ini

05 Januari, 2012

Saat Rumah-rumah Digusur

Karya Cynthia

Ketika saya mendengar kabar rumah-rumah di sawah akan digusur, hati saya merasa sangat sedih.

Banyak kenangan indah dan menyedihkan yang telah kami lalui bersama. Apalagi banyak sekali kenangan indah di rumah belajar. Berpisah dengan teman-teman rasanya amat menyakitkan.

Beberapa hari sebelum rumah-rumah mulai dibongkar pemiliknya, kami diberi uang gusuran. Diantara warga Cakung sawah, ada beberapa warga yang tidak dapat uang gusuran. Satu persatu saudara saya akhirnya pindah.

Ibu dan Bapak sibuk mencari rumah kontrakan. Satu hari, kami dapat rumah kontrakan, Ibu saya bayar uang muka tanda jadi ditempati. Esoknya ketika kami akan pindah, oleh pemilik rumah, uang muka yang dibayar Ibu dikembalikan, alasannya rumah kontrakan ini tidak jadi ditempati karena akan diperbaiki dan ditempati oleh saudara pemilik rumah.

Ibu saya pulang dengan sedih hati. Sulit sekali mencari rumah kontrakan, apalagi menerima kami yang hanyalah keluarga petani sekaligus pemulung. Walau kami orang miskin tapi kami masih bisa makan dan minum. Kenapa mereka tidak mau tahu dengan penderitaan kami.

Saya hanya bisa memeluk pohon-pohon. Pohon-pohon ini adalah sahabatku. Banyak kenangan indah bersama mereka. Rumah yang sejak kecil saya tempati juga menyimpan banyak kenangan indah, yang tak akan saya lupakan seumur hidup saya. Apa jadinya jika tanah yang kami tempati tidak ada pepohonan dan rumah-rumah.

Satu persatu temanku pindah. Saya harus berpisah dengan teman-teman di sawah, padahal saya masih ingin tinggal disini, selamanya disini, sampai saya dewasa…. Tapi takdir berkata lain.

Saya tahu kesedihan ini bukan hanya milik saya sendiri, saya turut merasakan kesedihan seluruh warga Cakung sawah yang terpaksa harus pindah. Seluruh warga resah dan sibuk mencari rumah kontrakan. Akhirnya kami harus tercerai-berai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar