Karya Umi Kulsum
Pada hari-hari setelah mendengar berita Cakung sawah akan digusur, saya merasa sedih. Satu persatu saudaraku akan meninggalkanku.
Teringat kembali kenangan bermain petak umpet, bermain ‘kakak-kakak’-an bersama Eneng, Intan, saat kami mandi bersama.
Sore itu, kami mandi bersama. Saya berganti pakaian dan bersiap-siap untuk mengunjungi rumah kontrakan Intan. Saya dan keluarga hingga saat ini belum dapat rumah kontrakan.
Saya kesana bersama Eneng. Rumah kontrakan Intan dekat warung, sedangkan rumah kontrakan Eneng dekat pasar Sulton. Pulang dari sana, saya disuruh Ibu untuk membeli garam dan cabe, kemudian membantu Emak (nenek) membereskan barang-barang miliknya untuk pindahan. Adik-adik saya, Lina-Lini, dan Gio ikut membantu Emak.
Kami berjalan beriringan melalui sawah ke rumah kontrakan nenek, yang juga adalah rumah kontrakan Intan. Begitu tiba di rumah kontrakan nenek, barang-barang miliknya langsung kami letakkan di sudut ruangan. Setelah itu, saya bersama adik-adik pulang.
Dekat rumah, saya terjatuh. Saya menangis kesakitan dan akhirnya diobati oleh Ibu. Setelah itu, saya langsung tidur malam menahan kesakitan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar