Cari Blog Ini

26 Juli, 2009

MUSEUM KEBANGKITAN NASIONAL


Karya Indri

Pada Minggu, 31 Mei 2009, saya, Kak Debby, Kak Uwie, Kak Qoriah, Kak Uju, Yuliyana, dan Mala pergi ke Museum Kebangkitan Nasional. Sebelum ke Museum Kebangkitan Nasional, kami mengambil sumbangan baju layak pakai di rumah Bu Kalangi di daerah Senen. Disana, kami berbincang-bincang dengan anak Bu Kalangi. Rumah Bu Kalangi adalah peninggalan jaman Belanda. Ia memiliki pohon yang usianya mencapai lebih dari seratus tahun. Saat kami pamit pulang dari rumah Bu Kalangi, kami mampir ke sebuah museum yang letaknya dekat rumah Bu Kalangi. Ternyata museum itu adalah Museum Kebangkitan Nasional. Kami pun masuk ke dalamnya.

Di dalam museum, kami mengisi daftar tamu, setelah itu kami mulai mengelilingi seluruh ruangan dalam museum. Pertama-tama, kami melihat kisah sejarah sebelum Indonesia merdeka dan surat atau tulisan tangan Dr.Soetomo. Kisah sejarah sebelum Indonesia merdeka, dimulai dari penjajahan bangsa Portugis, bangsa Belanda, dan Spanyol. Selain itu, ada benda-benda bersejarah dalam bentuk foto, replica, lukisan, patung, diorama, maket, dan perlengkapan kedokteran serta peralatan perang yang dipakai suku-suku bangsa di Indonesia melawan penjajah.

Kami menonton film yang diputar di dalam ruang audio visual museum. Sejarah bangunan museum ini sebelumnya adalah sekolah kedokteran sekaligus asrama mahasiswa. Film itu bercerita tentang sejarah gedung Kebangkitan Nasional yang mulai dibangun sejak 1899 hingga 1901. Pada Maret 1902, gedung ini diresmikan pemakaiannya untuk STOVIA (School Tot Opleiding Van Inlandsche Arsten), yaitu sekolah kedokteran untuk orang-orang bumi putera yang berasal dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Para pelajar STOVIA diharuskan tinggal di dalam asrama dalam gedung itu juga hingga selesai sekolah. Pelajar yang diterima masuk STOVIA adalah siswa lulusan Europeesche Lagere School (ELS) atau sederajat.

Pendidikan STOVIA pindah ke gedung baru pada 1920 di Jl.Salemba no.6 karena gedung lama tidak memadai lagi untuk pendidikan kedokteran, tetapi asrama tetap menggunakan gedung lama. Pendidikan STOVIA digunakan untuk pendidikan MULO (setingkat SMP), AMS (SMA), dan sekolah Asisten Apoteker hingga 1942.

Pada masa pendudukan Jepang, gedung ini digunakan sebagai tempat penampungan bekas tentara Belanda 1942 – 1945. Setelah Indonesia merdeka, 1945 – 1973, gedung ini ditempati oleh masyarakat Ambon.

Gedung ex-STOVIA ini merupakan gedung bersejarah karena pada 20 Mei 1908, lahir organisasi pergerakan nasional pertama, yaitu Budi Utomo di gedung ini. Pada April 1973, Pemerintah DKI Jakarta memugar gedung tersebut. Selesai pemugaran, gedung ini diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974 dengan nama gedung ‘Kebangkitan Nasional’. Ruang memorial Budi Utomo pada masa STOVIA digunakan sebagai ruang anatomi. Di ruang inilah tempat lahirnya perkumpulan Budi Utomo.

Pada 12 Desember 1983, Gedung Kebangkitan Nasional ditetapkan sebagai cagar budaya. Sedangkan pada September 1992, seluruh perkantoran swasta dipindahkan karena akan digunakan untuk pengembangan museum. Pada 13 Desember 2001, museum Kebangkitan Nasional resmi berada di bawah tanggung jawab departemen Kebudayaan & Pariwisata.
Yang paling berkesan bagi saya selama di museum ini adalah dapat mengetahui pahlawan-pahlawan yang telah berjasa melawan para penjajah. Selesai mengelilingi ruang-ruang museum, kami santai sejenak, minum di teras museum & keluar makan siang, setelah itu kami pulang sambil membawa pakaian layak pakai dari Bu Kalangi yang kami titip di resepsionis, selama kami berkeliling ruangan museum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar