Cari Blog Ini

27 November, 2011

Saat Rumahku Digusur



Karya Nia Kurnisah

Pada tgl.1 November kami mendapat berita buruk. Rumah kami akan digusur. Hati saya sedih sekali dan kecewa, mengapa rumahku harus digusur. Banyak kenangan indah yang tak mungkin saya lupakan. Bila rumahku digusur, saya tidak bisa bertemu dengan teman-teman di sawah seperti dulu.

Pada hari Sabtu, 12 November, kami dapat berita buruk kembali. Penggusuran sudah dekat, tinggal menghitung hari. Hati saya sedih sekali. Saya tidak ingin pergi dari sini. Ibu saya pusing mesti cari kontrakan lain.

Pada hari Senin, 14 November, penggusuran dimulai dan berjalan sedikit demi sedikit. Hati saya sedih sekali melihat rumah teman-teman dirubuhkan dan akhirnya rumah kami pun ikut dirusak. Saat dzuhur, kedua orang tua saya mulai sibuk memindahkan barang-barang yang mesti dibawa ke tempat kontrakan baru. Begitu barang-barang kami sudah keluar, rumah kami langsung dirubuhkan. Saya menangis, di depan mata saya sendiri, saya harus menyaksikan tempat saya dan keluarga saya tinggal hancur. Tinggal kerangka bambu yang masih tegak berdiri.

Teman-teman saya satu persatu pergi. Rumah belajar kehilangan satu persatu anak-anak belajar. Kami hanya bisa pasrah, tidak bisa berbuat apa-apa. Mungkin ini jalan yang terbaik untuk kami. Tinggal kenangan masa lalu yang tak mungkin bisa saya lupakan.

Hal yang paling menyedihkan seumur hidupku adalah saat rumahku digusur.

1 komentar:

  1. Kita sebagai rakyat kecil hanya bisa bersabar. Semoga pemerintah tidak dengan sewenang-wenang untuk menggusur rumah dan mau memberikan kompensasi yang pantas kepada warganya yang rumahnya dirobohkan.

    BalasHapus